Enam Sekawan Jagoan Telko
Kamis, 16 Juli 2009
Oleh : Sudarmadi
Berbekal tekad dan kompetensi, 6 sahabat ini
sukses mengembangkan bisnis telekomunikasi dengan omset Rp 800 miliar.
Bagaimana liku-likunya?
Kesuksesan hanyalah garis lanjut bagi siapa pun
yang mau menekuni bidang yang menjadi spesialisasinya secara fokus dan
terus mengembangkan diri.
Prinsip itu telah dilakoni dengan tepat oleh Budi Permana dan lima
kawannya di bisnis telekomunikasi (telko). Mengibarkan Grup Hariff (GH),
6 sekawan itu terbilang sukses. Memproduksi aneka perangkat mekanik
untuk menunjang industri infrastruktur telko – power system, alat
transmisi, base transceiver station (BTS/mobile ataupun fix), produk
berbasis WiMax – dan menjadi penyedia jaringan broadband wireless
access, kiprah mereka cukup disegani. Pelanggannya hampir seluruh
operator seluler di Tanah Air. Kinerja perusahaan yang kini menampung
700 karyawan itu pun ciamik: omsetnya sekitar Rp 800 miliar. Dan awal
2009 ini, mereka juga memperoleh penghargaan prestisius: Rintisan
Teknologi dari Presiden RI, atas prestasi mereka dalam melakukan invensi
teknologi di berbagai bidang yang mereka garap.
GH memang tengah melejit di bisnis telko nasional. Yang menarik, siapa
sangka bila semuanya bermula dari nol. Ya, hanya bermodal kepercayaan.
Bila dikilas balik, cikal-bakal kelompok usaha ini dimulai dengan
berkumpulnya 6 sekawan – lima di antaranya alumni Institut Teknologi
Bandung – pada 1982. Sejak awal berkolaborasi, mereka memang ingin
mendirikan perusahaan bidang telko. "Keenam orang ini pada dasarnya
memang tukang ngoprek barang. Tapi kami juga punya mimpi untuk
meningkatkan produksi dalam negeri lewat kemampuan anak bangsa," kata
Budi Permana, satu dari 6 sekawan yang sekarang didapuk jadi Presdir PT
Hariff Daya Tunggal Engineering.
Mereka berenam sebelumnya aktif di Radio 8 EH ITB – radio siaran
mahasiswa ITB. Setelah berpencar mencari peruntungan selepas lulus
kuliah, mereka akhirnya bertemu dan bersama lagi. "Ada sejarah cukup
panjang sebelumnya. Satu sama lain sudah percaya, lalu bertemu lagi
bikin usaha," ujar Budi, lulusan Teknik Elektro ITB (angkatan 1974).
Awalnya, bisnis mereka bisa dikatakan menyambar sana-sini. Mulai dari
proyek telko HF, VHF dan UHF, dua tahun berikutnya (1986) mereka sempat
membuat perusahaan konsultan telko. Namun, dari pergerakan tak berbentuk
itulah muncul jaringan bisnis berikut kepercayaan di dalamnya.
Kepercayaan terhadap kemampuan 6 sekawan ini di dunia infrastuktur
telko.
Roda waktu bergerak, bisnis pun menggelinding. Tahun 1988, mereka
mendapatkan proyek besar di Sangatta, Kutai, Kalimantan Timur:
mendirikan stasiun bumi di PT Kaltim Prima Coal. Dikatakan besar karena
nilai proyeknya mencapai Rp 2,3 miliar. Angka yang terbilang akbar pada
saat itu.
Sayangnya, bisnis yang siap menggelinding sempat tertahan. Di tengah
tawaran yang menggiurkan, 6 sahabat menemui kendala karena belum punya
“bendera” yang bisa dijadikan kendaraan untuk ikut tender proyek. Tak
hilang akal, akhirnya mereka mengakuisisi perusahaan bidang general
trading bernama PT Hariff Tunggal Engineering, milik Ahmad Shukri Bay
yang saat ini menjadi komisarisnya.
Satu kendala dilewati, kendala lain muncul. Mereka tak punya modal untuk
ikut tender sebesar itu. Sebagai new entrepreneur, mereka baru meretas
karya. Namun, lagi-lagi mereka tak putus asa. Bank menjadi sandaran
dengan menjual kompetensi dan rasa saling percaya. "Kepada bank saya
jelaskan bahwa kami punya bisnis dengan prospek seperti ini, kemampuan
kami begini. Saya modal dengkul tidak punya apa-apa,” kata Budi
mengenang. “Untungnya, pada saat itu pemberian pembiayaan dari bank
begitu mudah sehingga soal keuangan tidak menjadi masalah," kelahiran
Tasikmalaya, 8 Februari 1954, itu menambahkan.
Proyek pun dalam genggaman. Namun, apa mau dikata, bisnis tak semudah
yang mereka kira. Karena satu dan lain hal, sejumlah proyek yang
dijalani kemudian tidak berjalan mulus. Kerugian pun membelit. Tak
mengherankan, bank akhirnya memasukkan mereka sebagai pihak tak layak
kredit. Dan tak pelak lagi, Budi pun pusing tujuh keliling kendati dia
bukanlah orang nomor satu sebagaimana saat ini.
Sebenarnya, di tengah perusahaan patungan yang gonjang-ganjing itu, bisa
saja dia hengkang dan bergabung dengan perusahaan mapan yang memang
banyak membutuhkan tenaga ahli seperti dirinya. Hanya saja, di benaknya
terbayang-bayang nasib 15 karyawan lain yang menggantungkan hidup dari
perusahaan itu. Buramnya kondisi perusahaan akhirnya justru melecutnya
untuk bertahan dan mengembangkannya agar lebih maju.
Gayung pun bersambut. Pada 1991 Budi didapuk untuk mengambil alih
kendali perusahaan, menjadi presdir. Setelah itu, dia pun bergerak
cepat. Dia mendorong timnya mencari peluang-peluang baru agar perusahaan
bisa bertahan. Beruntung, tak lama setelah itu GH mulai banyak
menggarap proyek jaringan kabel telepon di Surabaya, Jakarta dan Batam.
Tampaknya Dewi Fortuna memang tengah menghampiri. Tahun 1994, teknologi
telepon seluler mulai muncul. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Budi
membawa GH terjun sebagai penyedia infrastruktur. Dia menawarkan jasanya
ke perusahaan-perusahaan operator seluler.
Cara ini tak terlalu sulit dilakukan karena sebelumnya rata-rata pemain
seluler sudah kenal dan percaya dengan awak GH. Di industri seluler,
sejak awal produk yang mereka sediakan adalah power system – unit alat
yang merupakan bagian dari BTS. Dan bisnis power system merupakan berkah
tersendiri bagi mereka sebab dalam perjalanannya, bisnis itu menjadi
tulang punggung. "Bahkan hingga saat ini produk ini menjadi kontributor
terbesar perusahaan," kata Budi mengakuinya.
Tak lama setelah mengeluarkan power system, GH mengembangkan perangkat
mobile BTS yang sangat dibutuhkan operator seluler, terutama untuk
menjangkau daerah-daerah terpencil. Di mobile BTS ini, bisa dikatakan
Hariff merupakan pelopor dan hingga kini jumlah produksinya sudah lebih
dari 3 ribu unit.
Tanpa dinyana, bisnis yang awalnya terseok-seok itu kian moncer setelah
masuk ke industri seluler. Bahkan pada tahun 2000, Budi dkk. memperluas
bisnisnya sehingga mendirikan anak usaha. Seiring dengan kesuksesan yang
diraih, mereka memang memimpikan sebanyak mungkin pekerjaan telko di
Indonesia dikerjakan perusahaan lokal. GH yang sebelumnya lebih banyak
bermain di sisi elektroniknya kemudian juga tertarik ke industri
mekanisnya. Maka, didirikanlah PT Telehouse Engineering (Telehouse),
yang membuat perangkat mekanik untuk menunjang infrastruktur telko –
contohnya, membuat menara BTS.
Tak berhenti di situ, tahun 2004 mereka mendirikan PT Sarana Inti
Persada (SIP) yang bisnisnya menyewakan infrastruktur telko. Bisnis ini
dikembangkan karena mereka melihat makin banyak perusahaan operator
seluler yang tidak ingin membangun sendiri infrastruktur BTS-nya, tetapi
menyewa milik pihak ketiga. Dalam lingkup GH, SIP sekaligus juga
ditujukan untuk menampung produk-produk Telehouse. Hingga saat ini ada
sekitar 110 menara yang telah dibangun dan disewakan oleh SIP. Baik
Telehouse maupun SIP merupakan pilar penting GH saat ini. "Omset
Telehouse tahun lalu Rp 230 miliar dan bisa membangun hingga 7.000 BTS
dalam satu tahun," ujar Budi seraya menjelaskan, pihaknya punya
perwakilan di 32 kota Indonesia untuk membantu service dan logistik dari
bisnis ini.
Rupanya kesuksesan demi kesuksesan yang sudah diraih tak membuat 6
sekawan itu puas. Terbukti mereka terus melakukan investasi di
ceruk-ceruk baru bisnis telko. Tahun 2006, contohnya, mereka masuk
mengerjakan proyek WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave
Access). Saat itu, Budi dkk. merasa tertantang ketika pemerintah
menawarkan tender teknologi pita lebar (broadband wireless access/BWA)
dengan memprioritaskan konten lokal. "Saya bergerak di industri ini
sejak 1980-an dan tidak pernah ada local content. Local content tidak
lebih dari 5%. Pengalaman sebelumnya menunjukkan betapa sulit meyakinkan
customer karena sudah minded dengan produk luar. Padahal, kita ini
negara customer, negara lain berebut menjual ke sini," ujarnya dengan
nada menggebu-gebu.
Sebab itu, ketika pemerintah mengumumkan tender BWA, Budi dkk. sangat
antusias menyambutnya. Mereka punya keyakinan: dengan menggunakan
perangkat dalam negeri, perusahaan operator akan mendapatkan harga jauh
lebih murah, bisa menghemat 50%. Didorong keyakinan itu, mereka pun tak
ragu mengucurkan investasi awal Rp 10 miliar di bisnis WiMax. Untuk
mewadahi bisnis ini, didirikanlah anak usaha baru, PT Telemedia
Nusantara.
Selepas tahun 2000, GH memang melaju cepat. Tahun 2008, Budi dkk.
melihat peluang manis untuk mengakuisisi perusahaan yang memiliki
lisensi BWA 3,3 GHz, yakni PT Starcom Solusindo (Starcom). "Itu
kesempatan bagus bagi kami sehingga kami punya radio, punya lisensi dan
frekuensinya. Makanya bisa menjadi operator. Kami bisa menyediakan
Internet murah," katanya semringah. Starcom yang 100% sahamnya diakusisi
GH itu, sampai April 2009 mengembangkan pasar dan jaringan di 11 region
dari target 14 region. "Yang sudah dipasang di Batam, Kalimantan,
Bangka dan Bali. Untuk Surabaya sedang digarap," ujar Budi. Selanjutnya
manajemen GH berencana menggabungkan (merger) Starcom dengan PT
Telemedia Nusantara. Maklum, Telemedia Nusantara punya lisensi ISP
sehingga kalau digabung akan sangat sinergis.
Di tengah mulusnya perjalanan itu, tak sedikit aral yang menguji
entrepreneurship 6 sekawan. Pada saat krismon 1998, contohnya. Omset
mereka terganggu. Beruntung, mereka seperti telah melakukan persiapan
sebelumnya, yakni lewat produksi satu perangkat yang fungsinya
menggandakan kemampuan transmisi. "Saat itu untuk mendapatkan alat ini
begitu sulit. Transmisi masih jarang. Umumnya perusahaan menggunakan
teknologi microwave yang kapasitasnya hanya 4 MB. Nah, alat itu bisa
berfungsi sebagai pengganda sehingga kemampuan transmisinya bisa 8 MB,"
papar Budi.
Menurut Budi, hanya ada lima perusahaan di dunia yang bisa membuat
perangkat serupa, dan pihaknya bisa menjual hingga ratusan modul dengan
harga yang mampu bersaing dengan produk impor – 80% lebih murah. Kok
bisa?
Ketika krisis menerpa, GH punya stok produk itu cukup banyak -- dibiayai
dengan harga produksi waktu kurs dolar masih di level Rp 2.500. Dengan
banderol jual di level Rp 16 ribu, bisa ditebak keuntungan besar bisa
diraup. Tak mengherankan, walau omset saat itu turun dari Rp 20 miliar
menjadi Rp 5 miliar, Budi dkk.masih menuai untung karena semuanya produk
lama. "Itulah yang menyelamatkan perusahaan ini dari badai krismon.
Kami bisa hidup tanpa ada PHK," kata Budi mengenang. Setelah krismon
itu, kinerja GH bak anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Melesat.
Omsetnya tumbuh terus berlipat tiap tahun.
"Mensyukuri apa yang diberikan Allah," ungkap Budi yang terus berusaha
menjadi entrepreneur spiritualis ini tentang kunci suksesnya.
Menurutnya, tidak perlu muluk-muluk mencari bisnis lain yang tidak
dikuasai. "Kita fokus saja pada bidang yang kita kuasai." Baginya, yang
terpenting di bisnis infrastruktur telko ini adalah kepercayaan
pelanggan. Trust. Sebab itu, pekerjaan membina kepercayaan pula yang
terus dikembangkannya. Kepercayaan sendiri tercipta melalui
pengalaman-pengalaman dalam pelayanan dengan cara terus memberikan
solusi terbaik untuk pelanggan. "Kami punya ujung tombak di seluruh
Indonesia sehingga kalau ada masalah, bisa melakukan penanganan cepat,"
dia menceritakan kiatnya.
Akan tetapi, selain fokus, tentu saja jalur pemasaran juga dikembangkan.
Sejauh ini, promosi yang dijalankan 6 sekawan lebih banyak dari mulut
ke mulut. Selain itu, juga melalui personal branding dari para pemimpin
GH yang memang telah dikenal di industri seluler Tanah Air. Toh, di atas
semua, Budi mengungkap bahwa ujung-ujungnya adalah melalui
profesionalisme dalam mengerjakan keinginan pelanggan.
Salah satu mitra GH adalah Nokia Siemens Network (NSN) yang di Indonesia
banyak membangun infrstruktur jaringan seluler. Budi dkk. bermitra
dengan Nokia sejak 2001. NSN banyak bekerja sama dengan GH untuk
membangun lokasi-lokasi pemancar dan penerima GSM di wilayah di
Indonesia, mulai dari kota besar hingga kota kecamatan. Sebagai mitra,
GH menyediakan perangkat catu daya yang diperlukan di lokasi.
Selain NSN, Telkomsel juga masuk dalam deretan mitra GH. Menurut Bambang
Utomo, GM Pengembangan Area Khusus Telkomsel, kerja sama dengan GH
terjalin sejak Telkomsel berdiri. Bambang menilai GH sebagai perusahaan
infrastruktur telko yang punya kemampuan baik dalam mendukung Telkomsel.
Apalagi, Telkomsel memang punya visi memajukan perusahaan lokal. "Kalau
bisa diproduksi di dalam negeri, mengapa tidak? Jadi, kami pilih
partner lokal yang punya kemampuan," ujar Bambang.
GH banyak bekerja sama dengan Telkomsel, terutama untuk menyediakan
power system. Ketika Telkomsel ekspansi besar-besaran dalam pembangunan
BTS di berbagai daerah, GH ikut terlibat. "Banyak perusahaan yang
menawarkan power system, namun siapa yang teknologinya cocok dan
harganya sesuai itu yang dipilih," Bambang memberi alasan. Selain itu,
Telkomsel juga bekerja sama dengan GH untuk pengadaan combat mobile BTS
yang difungsikan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau sinyal jika
ada event tertentu.
Yang jelas, sejauh ini pengalaman kerja sama dengan GH dinilai cukup
memuaskan. Bambang mengakui 6 sekawan memberikan dukungan cukup baik.
Ketika dibutuhkan, bisa langsung mengelola masalah dan memberikan solusi
sesuai dengan kebutuhan. "Ia punya organisasi di berbagai provinsi
sehingga kalau ada gangguan pemeliharaan, bisa cepat ditangani,"
ungkapnya. Tenaga ahlinya juga kompeten di bidangnya. Meski demikian,
dia menyarankan agar dalam menggarap proyek WiMax, Budi dkk. terus
meningkatkan kualitas dan memberikan harga bersaing karena pemain WiMax
dari Korea Selatan mampu menawarkan produk berkualitas dengan harga
lebih murah.
Pemerhati industri telko, Gunawan Wibisono, melihat GH cukup
berpengalaman serta punya SDM dan organisasi yang solid. Manajemennya
mampu menangkap secara jeli peluang bisnis di telko seluler yang hampir
semuanya dikuasai asing. Bagaimana prospek GH?
Kebutuhan akan perangkat BWA di Indonesia sangatlah besar, apalagi
sekarang pemerintah mengeluarkan regulasi BWA yang makin kondusif bagi
perkembangan bisnis di industri ini. Prospek GH, menurut Gunawan, sangat
tergantung pada strategi yang dijalankan karena di segmen BWA ada
kompetitor seperti TRG dan LEN yang juga pemain lokal.
Gunawan menyarankan, agar tetap eksis, GH mesti terus menghasilkan
produk-produk perangkat telko yang mengikuti perkembangan teknologi.
"Setelah WiMax 16d, tentu harus bisa dilanjutkan atau berevoluasi ke
WiMAX 16e atau 16m. Dan bila dimungkinkan, siap-siap menangkap peluang
pengembangan teknologi LTE," katanya. Juga, berkolaborasi dengan mitra
asing yang kredibel. Menurutnya, "Kolaborasi adalah langkah yang efisien
dan efektif dalam mengembangkan bisnis saat ini."
Selaku komandan GH, Budi optimistis industri telko di Indonesia akan
terus menarik sehingga perusahaannya tetap punya prospek cerah. "Saat
Indonesia booming satelit, banyak perusahaan AS kaya raya. Begitu juga
waktu booming seluler. Dan saat ini giliran WiMax. Industri seluler
sudah mencapai 120 juta pelanggan dalam 15 tahun terakhir. Harapannya,
industri WiMax juga mengalami nasib sama, semakin banyak orang yang
mengakses Internet," kata Budi menjelaskan visinya.
Yang jelas, Budi dkk. berusaha tidak tertinggal dengan terus berinovasi.
"Kami selalu berpikir untuk memberi kontribusi untuk bangsa, dan kami
tidak ingin jadi follower," kata Budi tandas. Untuk itu pula, kini
pihaknya menyiapkan pengembangan bisnis konten yang makin dilirik pelaku
network provider dan operator. Bagaimana kiprah GH ke depan, masih
ditunggu. Fakta yang pasti, kini mereka sudah punya pabrik dan
perkantoran seluas 1,3 hektare di Jl. Soekarno-Hatta, Bandung.
Reportase: M. Husni Mubarak
URL : http://202.59.162.82/swamajalah/tren/details.php?cid=1&id=9488
|
|
mantap pa ibay . . nuhun info nya
BalasHapussami sami pa one
BalasHapusSuper pisan Pak Ibay.. wios ngiring copy ??
BalasHapusmantap.... ngiringan damel na ahhh...
BalasHapusperusahaan kami bergerak dalam bidang pengadaan kabel dan s'part elektronik. kami minta kontak person bagian pengadaan. terima kasih kusnadi PT.Madya Muda Madani
BalasHapushaduh,, pengen kerja di hariff sudah 2 x tidak ada panggilan ,,, help me please ,,,
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAlhamdulillah...
BalasHapusAlhamdulillah...
BalasHapusalhamdulilah kami dari PT SHORAI SARANA GARANSINDO Agent Asuransi ( SURETY BOND & BANK GAURENTE TNPA AGUNAN)
BalasHapusHUBUNGI 0825383079 Bpak pondisi padewa
Kepada Yth.
BalasHapusPERUSAHAAN CONTRAKTOR
Up: Bag Finance,Hrd
Contac: 0812 7921 6921
From :farizal Antoni
Prihal. Penawaran Kerja Sama,Penerbitan Bank Garansi & Surety Bond (Non Collateral)
Kami Juga Bisa Terbit Kan Surat Akhir Tahun SP2D
Dengan Hormat.
Bersama ini Kami ingin memperkenalkan diri, bahwa PT.GLOBAL PERSADA INDONUSA adalah Perusahaan yang bergerak dibidang Jasa Penerbitan Jaminan Bank Garansi & Surety Bond Tanpa Agunan atau Non Collateral,Proses Cepat,Bisa dicek Keabsahanya dan Polis Di Jamin kami antar.
Jenis jaminan yang kami terbitkan yaitu sbb:
1.Jaminan Penawaran ( Bid Bond )
2.Jaminan Pelaksanaan ( Peformance Bond )
3.Jaminan Uang Muka ( Advance Payment Bond )
4.Jaminan Pemeliharaan ( Maintenance Bond )
5.Jaminan pembayaran akhir tahun ( SP2D )
Juga beberapa produk jenis asuransi umum lainnya yang kami layani, antara lain:
1.Contractor' All Risk ( CAR ) 7. Rangka Kapal / Marine Hull
2.Konstruksi & Rekayasa 8. Energy Upstream & Downstre
3.Angkutan Barang/ Cargo 9. Conprenshive General Liability (CGL)
4.Custom Bond 10. WorkMan Compesation Liability (WCL)
5.Property All Risk (Park) 11. Erection All Risk (EAR)
6.Automobile Liability (AL) 12.Public Liabillity/ Product Liability Profesiaonal Liability,(Dll )
Jenis jaminan Asuransi kami terbitkan antaranya sbb:
• PT. Asuransi ASKRINDO
• PT.Asuransi JASINDO
• PT.Asuransi ASEI
• PT.Asuransi SINARMAS
• PT.Asuransi JAMKRINDO
• PT.Asuransi ASKRIDA
• PT.Asuransi BUMIDA
• PT.Asuransi ACA
• PT.Asuransi MEGA PRATAMA
• PT.Asuransi BOSOWA PERISKOP
• PT.Asuransi RAYA
• PT.Asuransi BERDIKARI
• PT.Asuransi RAMAYANA
* PT.Asuransi REKAPITAL
Jenis Bank Garansi Kami terbitkan sbb:
* Bank Mandiri
* Bank BRI
* Bank BNI
* Bank BTN
* Bank BCA
* Bank BII
* Bank BUKOPIN
* Bank EXIM
* Bank BPD DKI
* Bank BPD JATIM
* Bank BPD SUMSEL
* Bank BPD JABAR
Syarat - Syarat Penerbitan Bank Garansi & Surety Bond Adalah :
* Membuat surat permohonan Bank Guarantee / Surety Bond
* Melampirkan Company profil / Biodata prusahaan lengkap
* Melampirkan laporan keuangan ( neraca rugi/laba ) 2 tahun terakhir
* Melampirkan photo cofy undangan lelang /SPK/P.O/RKS & Surat kontrak lainya
Besar harapan kami kiranya perusahaan kami diberikan kesempatan dan kepercayaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan perusahaan bapak/ibu kelola terutama dalam hal perlindungan terhadap resiko (Wan Prestasi) baik itu proyek yang sedang berjalan / akan dilaksanakan maupun proyek yang sudah berjalan kami memberikan prosedur yang relative mudah yaitu proses cepat serta jaminan polis siap di antar.
Demikianlah penawaran ini kami sampaikan, semoga ini merupakan awal kerjasama yang baik dan berkesinambungan dimasa yang akan datang. Sambil menunggu konfirmasinya saya ucapkan terimakasih...
Berikut Di Bawah ini saya lampirkan Proposal Penawaran Penerbitan Bank Garansi & Asuransi,(Tanpa Agunan,Non Collateral)
Hormat kami,
PT.GLOBAL PERSADA INDONUSA.
Utan Kayu Utara JL.Nangka No.20 Utan Kayu Kec.Matraman Jakarta Timur.
Telp : (+62 21) 2962 1873
Fax : (+62 21) 2962 1878
C/p : 0812 7921 6921
E-Mail : farizal.gpi@gmail.com
Untuk Konfirmasi / Negosiasi Hbgi. 0812 7921 6921
Sae
BalasHapusKepada Yth,
BalasHapusPT. Hariff Daya Tunggal Engineering
u.p : Direktur / Finance
di-
Tempat
Perihal: Penawaran kerja sama penerbitan bank garansi dan asuransi tanpa agunan (Non Collateral)
Dengan Hormat,
Perkenalkan kami dari PT. SEMIDANG JAYA BERSAMA (Insurance Brokerage) Dimana kami telah di Back up oleh beberapa perusahaan Ansuransi Kerugian Swasta nasional maupun Asuransi BUMN, serta perusahaan kami telah ditunjuk untuk memasarkan Bank Garansi yang di terbitkan oleh Bank diantaranya: Bank BNI, Bank BRI, Bank DKI, Bank Bumi Putra, Bank Sumsel, Bank Sulut, Bank Sumut, serta Bank swasta lainya. dan Bank Garansi yang kami terbitkan telah diterima diinstansi Pemerintahaan, (BUMN. BUMD, KPS, PERTAMINA, VICO, CNOOC, MABES TNI, MABES POLRI, TOTAL E & P INDONESIA).
Thanks and Best Regards,
Benta Valentino, STP
PT. SEMIDANG JAYA BERSAMA
Komp. Bulog Blok D No. 12
Jl. Bangunan Barat, Kampung Ambon
Jakarta Timur 13210
Tlp : +62 21 - 2984-7648 (Hunting)
Fax : +62 21 - 2984-7649
HP : 0812 103 4090 / 0812 180 9091
Note:
ü Pembayaran ke pihak PT. SJB bisa dilakukan 2 – 3 Minggu setelah BG diterima pihak Client
ü Waktu Penerbitan BG 2 – 3 Hari
ü Dokument dan Polis BG kami antar jemput dan tidak ada biaya Transportasi
ü Untuk jenis jaminan Surety Bond dengan memakai List Asuransi Swasta terbit dalam waktu 10 menit dan sudah diantar ke pihak Client
ü Untuk Penerbitan BG dan Surety Bond murni pihak PT. SJB yang bekerja dengan tidak ada biaya tambahan
ü Bisa Menerbitkan jenis jaminan Custume Bond dan SP2D
ü Untuk semua jenis jaminan Bank Garansi dan Surety Bond tidak ada dikenakan biaya collateral / agunan sama sekali
Di PT harrif daya bisa menerima PKL tidak yah?
BalasHapus