Rabu, 26 Oktober 2011

ANGGRAENI NOVIA DHITA


Hari ini 7 hari selepas kepergianmu, we will always loving you..

16 Mei 2011 - 03:00AM. Aku menulis ini saat dimana air mataku akhirnya bisa kulepas tanpa tertahan, tanpa dibentengi dengan ego karna menjadi seorang laki-laki, yang rasanya tidak pantas untuk mengeluarkan air mata didepan banyak orang. Tertahan air mataku tadi saat melihat kenyataan di depan mata bahwa sahabatku yang selama ini berjuang bersama untuk keluar dari belenggu penyesalan ternyata pergi meninggalkanku untuk selamanya, tepat di hari ulang tahunku, dan tepat setelah mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku di Facebook. Anggraeni Novia Dhita. Satu nama dan satu cerita, walaupun belum lama aku mengenalnya, namun telah banyak sekali kenangan dengannya. Teman, Kakak sekaligus sahabatku.
6 Juli 2009, awal kita berkenalan. Ternyata kalo diitung belum lama juga ea, hehehe.. Berawal dari kesamaan takdir, hingga tercipta kedekatan dalam sebuah ikatan persahabatan, walaupun mungkin baru seumur jagung kita mengenal satu sama lain, namun terasa sudah sangat lama sekali kita saling mengenal. Anggraeni Novia Dhita, kamu wanita yang humoris, cepat sekali akrab sekalipun dengan teman baru. Walaupun sempat kamu bilang "da c aku mah, kalo baru kenalan ama orang, pasti orang ntu nganggapnya aku cwe jutex, padahalll.. wuih belum tau dya, hehehe". Kamu anggap dirimu sebagai seorang yang sulit sekali beradaptasi dengan sebuah pertemanan baru, namun aku rasa tidak, buktinya baru beberapa hari aku kenal kamu, aku sudah punya panggilan resmi buat kamu, "MALAIKAT BAKSO", hahaha.. aku dapat ilham buat ngasih nama itu karena setiap kali kita chating, yang dibahas makan bakso, makan bakso dan makan bakso.. haha.. kalo kata malaikat aku ambil dari account YM kamu "angel05sweety". Darimu aku dapat satu filosofi "Don't judge the book by the cover n' if you don't know who i am, don't judge me", dalem banget ternyata artinya. hemmzzztttt...
Hari berganti hari, banyak sekali yang sudah dilalui, pernah suatu saat pas kita nonton "Dalam Mihrab Cinta", aku godain kamu soalnya ternyata dirimu nangis, hahaha.. padahal sebenernya aku juga sedih liat film itu, cuma karena aku liat kamu nangis, jadi ada sesuatu yang bisa buat aku ngehindar dengan cara memojokkan kamu yang sedang nangis, jadi gak ketahuan deh kalo sebenernya aku nangis juga,, HAHAHAHA... Trus inget gak waktu pertama kali kita pada nonton bareng di BTC, ada yang mukanya merah banget karena malu abizzz, karena ternyata dia dicegat security saat mau masuk theater, ya iyalah yang lain tas dipake buat nyimpen make up ato mukena ato apa kek, ini malah dipake nyimpen chiki, roti ama minuman, HAHAHAHAHA.. alhasil, saat itu kita jadinya beli minuman ama pop corn dari theater thu, tapi kayaknya boro-boro mu makan makanannya, yang ada pada bete gtu mukanya, mana filmnya ga seru lagi, halah halah, hehehehehe.. sampe pas film sesesai, aku jadi umpan buat thu security, buat ngambil tas yang tadi disita, hehe.. tapi seru juga kalo inget itu, jadi pengen liat muka pada bete nya lagi, hehe. Truz udah gtu suka ada yang ngambek kalo kita-kita pada maen teh, soalnya dya ga diajak, haha.. Truz lagi gmn serunya saat kita rame-rame maen ke car free day, foto-fotomu masih ada thu di komputerku. seneng banget rasanya saat itu, soalnya itu pertama kalinya aku ikutan senam aerobik, bareng ibu-ibu pula, hahahaha.. pengalaman yang ga kan pernah terlupakan. tapi ya gitu, setiap aku anter kamu pulang, aku hanya anter kamu sampai depan gang rumah kamu, ga pernah aku masuk, paling kalo kamu bilang suruh masuk, aku cuma bilang suatu saat aku bakalan masuk kedalem. Dan ternyata itu kesampean teh..
Hari itu datang, hari dimana itu adalah hari ulang tahunku. pagi-pagi dirimu ngewall ngucapin selamat ulang tahun buatku. "Ibay suribay... met milad,,,, be better n success 4 everything,,, cpt married, haha ;D diantoz we mkn2 na wkwkwkwk :p". Itu isi wall yang kamu kirim ke facebook ku. sama sekali aku tidak menyangka itu adalah nasihat dan do'a terakhir darimu untukku. sore hari baru kubalas wall mu, aku gak tahu kalo ternyata saat aku membalas waal mu itu, kamu sedang berjuang melawan maut, kamu sedang lemah tak berdaya dan tak sadarkan diri. Jam 9 malam tanggal 15 Mei 2011, aku mendapatkan kabar dari temanmu "Bay, ente dimana? katanya Dhita kecelakaan". Tersentak hatiku. Aku belum membayangkan bahwa dampak kecelakaan itu membuatmu berbaring tak berdaya. Segera kuhubungi saudaramu, "Ya bay, tadi mba Dhita kecelakaan, jatoh dari motor di daerah Sumedang. Mohon do'anya ya bay sekarang mba Dhita masih ga sadar di ICU". Seolah-olah tak percaya, aku merasa otot kakiku serasa ditarik dari tulangnya, lemas, tak sanggup mencoba berdiri. Sahabat baikku sedang menderita, sedang berjuang menantang maut yang ada dihadapan. Aku tak berani untuk membayangkan bagaimana kejadian yang menimpa dirimu, aku tak berani untuk membayangkan bagaimana rasa sakit yang kamu rasakan ketika kamu mengalami kecelakaan itu, aku tak berani membayangkan bagaimana keadaanmu saat terbaring lemah tak berdaya, aku tak sanggup, aku tak sanggup untuk membayangkan itu semua karena aku yakin semua itu sangat menyakitkan bagimu. Aku juga tak berani mengira-ngira bagaimanakah yang akan terjadi kedepannya, apakah kamu akan menang melawan maut ataupun kamu akan menyerah, aku tak berani mengira. Aku hanya berani untuk berdo'a, berdo'a setulus hatiku agar kamu mampu melewati ini semua, agar kamu kuat karena aku yakin kamu wanita yang kuat. Namun aku tidak bisa menyembunyikan kegelisahanku, aku terus gelisah memikirkan kamu, sampai datang satu pesan dari temanmu "Bay, tadi kabar terkahir Dhita anfal, minta do'anya ya bay, Ika lemes, Ika ga nyangka tapi Ika yakin Dhita mah kuat". Begitu mendapat pesan tersebut, aku kembali lemas, fikiranku melayang tak tentu arah, kegelisahan terus menjadi. Dalam do'a yang terus terpanjat terselip rasa kekhawatiran yang begitu dalam. Akhirnya aku putuskan untuk datang ke rumah sakit tempatmu berjuang, aku kirim pesan pada temanmu bahwa aku sudah tidak bisa berfikir jernih, aku ingin segera pergi ke rumah sakit untuk sekedar melihatmu. Temanmu menjawab, "ya bay, Ika juga ga berani lagi untuk bertanya kabarnya dya seperti apa, Ika sudah ga berani untuk mendengar kabar apapun bay". Begitu jawabnya, namun ternyata kabar itu datang hanya dalam hitungan menit setelah aku terima pesan tadi. Belum sempat aku pergi ke rumah sakit, HP ku kembali berbunyi, ada pesan "bay, Dhita udah ga ada". Dadaku sesak melihat pesan tersebut, langsung kuhubungi temanmu yang mengirim sms tersebut, dia ternyata tak bisa berkata apa-apa, hanya tangisan yang keluar dari mulut dia, aku sama sekali tak menyangka, begitu cepat dirimu pergi sahabat. Dalam keadaan masih tak percaya, akupun memutuskan untuk pergi kerumahmu karena aku tahu tak lama lagi kamu akan dibawa pulang kerumah untuk disemayamkan. Aku hubungi temanku untuk menemaniku karena aku yakin aku tak akan sanggup melihatmu tanpa didampingi temanku. Aku pergi, aku pacu kendaraanku untuk menuju rumahmu, lamunan tentangmu terus berkelebatan sepanjang perjalananku, jalanan yang selalu kita lalui sebelumnya terus saja menghantuiku, mengingatkanku pada sosok dirimu, aku masih merasa seakan kamu masih ada, serasa aku datang untuk menjemputmu, mengajakmu bermain seperti biasa, aku sama sekali tak mengira saat itu aku menuju rumahmu untuk melihat jenazahmu. Akhirnya aku sampai, aku disambut oleh saudaramu, akhirnya setelah sekian lama, aku penuhi janjiku, aku datang, aku masuk kerumahmu seperti apa yang selalu kamu tawarkan ketika aku mengantarkanmu pulang, aku masuk, akhirnya aku masuk, tapi why?? dimana kamu?? aku sekarang sudah masuk, sudah memenuhi ajakanmu, tapi dimana kamu? sesaat aku memang melupakan apa yang sedang terjadi padamu, aku merasakan bahwa akhirnya aku bisa masuk juga kerumahmu, tapi aku kecewa kenapa kamu tidak menyambutku, kenapa kamu tidak ada untuk menyuguhkan makanan seperti apa yang kamu lakukan untuk menggodaku agar mau masuk kerumahmu. Yang aku lihat hanyalah sekumpulan ibu-ibu yang sedang berkumpul, kemudian aku dikenalkan oleh saudaramu kepada seorang ibu, ya seorang ibu yang sedang terduduk lemas bersandarkan bantal, seorang ibu yang kulihat sedang mengeluarkan air mata dengan nafas tersengal, aku dikenalkan, ternyata dia ibumu, akhirnya aku bertemu juga dengan ibumu, aku salami beliau, namun mungkin rupanya sedang banyak sekali fikiran yang ada di benak ibumu, aku melihat beliau lemah sekali, tatapannya kosong. Kulihat lagi ke sekeliling, seorang ibu tergolek lemah dihadapanku, aku tak berani menyapa, aku tanyakan kepada saudaramu, "siapa beliau?", "Bude" jawabnya. Namun tak lama kemudian terdengar jeritan dari beliau "mana si Ita? mana si Ita?? Mana??", serta merta sebagian saudaramu menghampirinya, menenangkannya. Setelah itu aku tak sanggup untuk berada disekeliling mereka, aku semakin tidak paham apa yang terjadi. Aku bilang kepada saudaramu untuk keluar dan duduk di serambi. Aku bertanya kepada saudaramu, "kapan teh Dhita pulang?", ia jawab "Sedang dalam perjalanan, sebentar lagi insya Allah sampai". Kuputuskan untuk duduk di serambi bersama temanku, tak lama kemudian temanmu datang, dia datang dengan wajah yang sembab, seperti habis menangis dengan waktu yang sangat panjang, aku sapa dia, terasa lemah sekali keadaanya, aku bisa merasakan itu saat aku bersalaman dengannya, seolah dia merasakan apa yang aku rasakan tadi saat aku masih dirumah, kemudian dia bertanya "Dhita sudah pulang?", aku jawab "sedang diperjalanan, sebentar lagi sampai". Aku kembali duduk, aku jadi bertanya, kenapa saat ini aku yang menunggu kamu? bukankah seharusnya kamu yang menunggu kedatanganku, temanmu sudah datang, tapi kamu tidak ada dirumah, baiklah aku akan menunggumu karena aku sudah rindu kepadamu, sudah lama aku tak bertemu kamu, hanya dalam dunia maya saja kita sering komunikasi. Akhirnya waktu itu datang, saudaramu bilang, kamu udah didepan, bahagia hatiku akhirnya kamu datang juga, aku tak sabar untuk berkata kepadamu, ini aku datang, aku penuhi janjiku padamu teman. Aku merasa kedatanganmu disambut bagaikan seorang ratu, ya seorang ratu. Aku tahu itu karena menjelang kamu masuk, semua orang berdiri, kursi-kursi yang menghalangi jalan disingkirkan agar tidak menghalangi jalanmu. Aku berfikir seperti inikah penyambutanmu setiap kali kamu pulang? dari kejauhan aku melihat beberapa pemuda sedang menyiapkan tandu, aku kembali berfikir bahwa ini adalah penyambutan seorang ratu, ya seorang ratu yang untuk masuk saja dinaikkan keatas tandu dan diangkat oleh para pengawalnya. Sayup-sayup kudengar lafadz "Lailahaillallah.. Lailahaillallah.. Lailahaillallah..". lafadz itu mengiringi kedatanganmu, aku bergeser tempat di pintu masuk ke rumahmu sehingga aku tak bisa melihat dirimu yang sedang ditandu. lafadz itu semakin terdengar dengan jelas, hatiku bergetar, apakah ini cara mereka setiap menyambut kedatanganmu?. Suara itu semakin jelas terdengar lalu kemudian tandu pun lewat, kamu lewat, namun mengapa kamu berbaring?, tidak duduk sembari melambaikan tangan seperti biasa seorang ratu melambaikan tangan kepada rakyatnya. Kamu hanya berbaring, itupun tanpa aku bisa melihatmu karena tubuhmu tertutupi kain berwarna biru. Pupus sudah harapanku untuk melihat wajahmu, hilang sudah apa yang menjadi bayanganku untuk melihat matamu yang indah, tak ada senyum darimu yang seharusnya tahu aku memenuhi undanganmu. Akhirnya kamu masuk lebih dahulu, aku diam diluar, duduk, karena aku merasa kamu tak mempersilakanku untuk masuk. Temanmu disampingku semakin terisak menangis. Semakin keras sedu sedannya. Aku kembali tersadar, aku bukan ada disana untuk menyambut kedatanganmu, aku bukan berada disana untuk melihat senyum manismu, bukan untuk melihat matamu yang indah ataupun tawamu yang riang. Aku tersadar aku berada disana untuk menyambutmu yang telah pergi meninggalkanku untuk selamanya. Aku tersadar saat ini aku sudah tidak bisa lagi berkata kepadamu bahwa aku memenuhi janjiku. Aku tersadar. Terdengar sayup-sayup seorang ustadz sedang membacakan do'a, rumahmu semakin penuh dengan bacaan-bacaan ayat suci Al-Quran. Aku masih terdiam diluar, tubuhku lemas, gairahku hilang. Setelah beberapa lama akhirnya temanmu memanggilku masuk. Akhirnya kini aku berada didekatmu, aku bertemu kamu walau dalam keadaan yang sama sekali tidak aku inginkan. Walau air mata ini tidak kukeluarkan, namun aku yakin kamu tahu bahwa hati ini sakit sekali, dada ini sesak, batinku menangis, seperti inikah kado ulang tahun yang kau beri untukku.
Aku tak sempat meminta maaf atas segala kenakalanku kepadamu, tak mungkin lagi ada nasihat-nasihat darimu yang mengingatkanku untuk menjadi lelaki yang lebih baik, tak mungkin lagi bisa kudengar keluh kesahmu, tak mungkin lagi ku mendapat pesan darimu, semangat darimu, semua tak mungkin lagi. Aku akan selalu mengingatmu sebagai kakak yang sudah memberikan semangat kepadaku untuk selalu kuat, selalu bangkit dari keterpurukan, dan itu sudah terbukti, kita sudah pernah bangkit dari keterpurukan yang kita alami bersama. Aku tidak akan lupa semua nasihatmu sahabat. Dan jika kamu bertanya seperti apa yang menjadi profile pictures terkahir kamu di facebook "Who Loves you?", we all together still loving you, always, everyday, everytime and maybe until the end, ya.. until the end of the day that we will see you again. Kami semua akan sangat merindukanmu, Ibay, Ajenk, Mba Ikok, kang acep, Petoy , Andi dan smua temen-temen juga sahabatmu yang lain pasti akan sangat merindukanmu. Semoga kamu ditempatkan pada tempat terindah disisi-Nya. Amien..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar